2021 in Recap

 

Aku tuh percaya banget kalau, "Allah tuh bakal ngabulin apa aja yang kamu minta". Karena dari apa yang telah aku jalanin, apa yang aku cita-citain, Allah tuh selalu lho ngasih apa yang aku mau. Walau kadang memang, caranya nggak seperti apa yang aku kira. Aku kira untuk wujudin apa yang aku mau, jalannya harus A-B-C-D-E-F-G. Tapi kata Allah nggak gitu. Jalannya bisa aja A-E-F-B-C-D-G. Urutannya ga seperti apa yang aku mau, tapi, ujungnya sampai juga.

 

Semua hal cita-cita-anku itu dimulai dari aku kelas 3 SMA. Masa-masa krusial dimana kita harus nentuin mau lanjut kuliah kemana dan jurusan apa. Dari awal memang aku udah punya gambaran, kayaknya aku mau jadi desainer. Soalnya dari kecil aku sukaa banget gambar-gambar. Lebih banyak gambar-gambar menghayal, gambar baju-baju untuk katalog jualan ceritanya, pura-pura jualan, dan suka beli barang di supermarket yang desain kemasannya bagus, haha. Berkaca dari latar belakang kedua orang tuaku yang memang adalah pedagang dan punya toko. Mungkin memang aku jadinya juga pengen punya toko sendiri dan bisa jual apa aja barang yang aku suka (dalam benak; kalau ngga ada yang beli yaudah aku aja yang pake, hahaha. Ga boleh ya bisnis begitu?) 😂 Sejak SMP aku selalu jawab kalau ditanya mau jadi apa, mau jadi enterpreneur, apalagi waktu itu ada mata pelajaran itu di sekolah dan ya, lumayan asyik memelajarinya. Lagi-lagi walau memang, aku bukan anak yang punya bakat natural untuk jadi pedagang. Apalagi dulu aku pemalu, jadi lumayan pasif untuk berani nawarin apa yang aku jual. Jadinya nggak seberhasil yang gimana-gimana, seenggaknya pernah lah nyoba untuk jual-jualan.

 

 Cumaan, aku tuh ngga yang suka gimana-gimana banget sama fashion. Aku nggak jago ngejahit. Aku cuma suka mix & match pakaian tapi untuk berurusan dengan benang & jarum, aku nggak terlalu tertarik. So, fashion designer is not my option. Terus coba ngobrol sama kakak kelasku waktu itu, yang mana ketua mading di sekolah, kak Fran. Dia cerita tentang Desain Produk dan katanya ada kakaknya yang jadi dosen disitu. Disitulah aku jadi tau ternyata ada jurusan Desain Produk. "Hmm, Desain Produk yah. Berarti semua produk bisa di desain dong?" pikirku. Dari situ banget aku baru tau ada jurusan itu dan jadi kepengen untuk masuk jurusan itu. Lalu lah aku mulai-mulai cari universitas yang ada jurusan itu, bacain cerita orang-orang yang kuliah di Despro (wow, ternyata itu singkatannya), ngestalk Instagram orang-orang yang kuliah di jurusan itu. Sampai akhirnya aku menentukan, aku mau deh kuliah di Despro ITS Surabaya.

Waktu itu jalur pendaftarannya ada lewat SNMPTN dan SBMPTN. Cuma kok ya pas pasan banget ada masalah keluarga yang bikin aku ga bisa kuliah di luar kota. Awalnya aku mau nekat untuk tetap coba daftar di SNMPTN dan SBMPTN, karena yang aku tau, jurusan Desain Produk cuma ada di universitas di pulau Jawa. Terus aku mikir, kalau nanti keterima pun, aku harus kesana (yang mana aku bener-bener gabisa pergi) dan kalau nggak aku ambil, sekolah aku yang bakal kena blacklist. Huu rasanya sedih banget. 

 Rasanya hopeless banget. Akhirnya coba cari cara lain, coba input beasiswa dimana aja yang bisa aku temuin. Beberapa kali coba kirim berkas dan satu berkas yang disuruh nulis essay tentang apa yang kamu bayangkan tentang dirimu 5 tahun ke depan. Biasalah, apa sih yang ditulis dari anak yang biasa-biasa aja tentang masa depannya. Yang aku tulis itu, aku mau menimba ilmu 4 tahun di bidang desain, coba belajar bagaimana daerah lain mengembangkan ciri khas kotanya lalu setelah lulus akan mulai mengaplikasikan ilmunya sebagai desainer yang bisa membawa kearifan lokal kota asalnya ke seluruh penjuru Indonesia, agar semakin bisa dikenal, dicintai dan jadi kebanggaan warganya. Waktu itu, itu sih yang aku tulis. Terus kebayang kalau keterima harus merantau ke Jakarta, tapi rasanya masih takut dan gak siap.....banget karena ngerasa clueless dan manja tentang ide untuk hidup sendiri. Akhirnya dapat pengumuman kalau aku lolos seleksi wawancara, cuma karena ada hal yang sepertinya kurang lengkap aku jelasin, aku nggak lolos ke tahap berikutnya. Jadi yah, kuliah di luar kota waktu itu memang belum saatnya dan it just not meant to be working yet. So, I gave up

Mungkin udah sering aku ceritain ke orang-orang, kalau ternyata kuliah di Polnes adalah pengabulan doa dari apa yang telah aku ucapkan. Aku pernah bilang, "Coba aja di Samarinda ada jurusan Desain, ya aku bakal kuliah disitu!". Waktu itu aku ucapkan karena sedang berdebat sama kakak-kakakku . Saat itu memang aku nggak tahu menahu tentang jurusan yang ternyata ada di kampus Polnes. Di sore hari aku nunggu jemputan pulang dari sekolahku di Jalan Perjuangan, aku melamun dan mengira-ngira. Aku mau kuliah apa ya.. Apa coba jurusan komunikasi saja? Apa perencanaan wilayah dan tata kota di ITK? Hatiku memang ingin sekali belajar tentang desain. Akhirnya aku coba searching Desain Samarinda. Lalu muncullah website polnes dengan brosur berisi mata kuliah, foto hasil produk dan lokasinya. Mana jurusannya adalah jurusan yang aku mau. Jurusan Desain, Program Studi D3 Desain Produk. Aku langsung terdiam.. "Hah.. ada ya"

Ternyata setelah aku cek, waktu pendaftarannya juga hampir tutup. Akhirnya aku pun langsung bergegas menyiapkan semua berkas yang aku butuhkan untuk mendaftar disana. Rasanya seakan ada secercah harapan untukku bisa kuliah di jurusan desain seperti yang aku mau. Tapi lagi-lagi bimbang... tapi ini cuma D3.. mau jadi apa aku cuma lulus D3, nanggung banget. Seperti biasa, aku si labil dan mudah goyah, karena D3 dan D4 yang membuatku bingung dengan masa depan pekerjaan yang biasanya minimal pendidikan harus sarjana. Jadinya di jalur undangan politeknik, jurusan yang pertama kupilih adalah D4 Teknologi Informatika Media Polnes. Wkwkwk. Karena Alhamdulillah memang nilaiku cukup, aku diterima dan harus wawancara untuk proses selanjutnya, akhirnya untuk pertama kalinya aku datang ke Polnes di hari itu. Ternyata gedungnya bersebelahan. Belum sempat duduk, aku langsung bertanya dengan yang hendak mewawancarai aku, "Jurusan ini beda ya dengan Desain Produk" Haha, pertanyaan bodoh. Setelah dijelaskan dan lalalulu, aku memang paling nggak bisa membohongi hatiku. Jadilah jalur undangan itu kulepas, lalu coba masuk jurusan Desain Produk lagi di jalur tes. Biasalah, suka meribetkan diri sendiri 😂


Jujur, jalur tes untuk prodi D3 Desain Produkku waktu itu adalah harapan terakhirku untuk bisa kuliah di tahun. Aku nggak banyak cerita ke orang-orang. Karena ya sedih dong! Kesempatanku untuk ikut SNM dan SBM aku lepas begitu saja. Disaat orang-orang bersuka cita keterima di PTN sana-sini, aku masih belum dapat kabar. Saking pasrahnya waktu itu aku bahkan kepikiran untuk mendaftar di sekolah kedinasan wkwk. Mana mau ngambil jadi Intel, haha. Waktu itu memang momen-momen yang agak krusial untuk dilewati. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya datanglah hari pengumuman! Lalu kita cek, cek, cek, ternyata yang aku dapat malah kata-kata "TIDAK". Langsung down, terus duduk sedih di pinggir korplus yang mana waktu itu udah waktu pulang jadi sudah sepii banget. Rasanya sendu karena ya ampun, jadi aku harus apa habis ini. Lalu aku coba lagi untuk memastikan, kali ini hpnya aku rotate biar lebih jelas. Ternyata yang kata-kata "TIDAK" itu adalah kolom penerima bidikmisi atau bukan, dan iya, AKU LOLOS 😂😂 Jujur cape banget hidup dengan drama salah sangka, kurang teliti dan ceroboh begini di hidup Nurul, haha. Jadilah aku bersemangat lagi terus siap-siap untuk masa orientasi mahasiswa baru selanjutnya.


Ok, flashbacknya sudah. Mari kembali ke masa sekarang. 3 tahun kemudian aku lulus, aku jadi Ahli Madya Desain dan sekarang melanjutkan alih jenjang untuk menjadi Sarjana di Surabaya. Jujur rasanya masih sangaaat aneh.

Beberapa bulan yang lalu, aku masih sempat mengungkapkan kalau... I hate you, 2021. Nggak lain karena banyak hal yang terjadi bukan karena apa yang aku inginkan. Segila itu rasanya karena everything just feel doesn't work out! Diakhir 2020 aku sempat mewanti-wanti diri, aku mau banyak HAL BARU di tahun 2021. Seperti apa yang memang aku inginkan, ya, sebanyak itu hal baru yang terjadi di fase hidupku di tahun 2021 ini. Suasana yang baru, gaya hidup yang baru, kesibukan yang baru.. (unfinished...)