Baru beberapa hari setelah merampungkan tontonanku di Netflix, ternyata setelahnya, cerita ini malah membayangiku hingga berhari-hari..
(tulisan berikut mengandung spoiler!)
Cinta antara Dasiyah dan Raja sungguh adalah sebuah ironi yang kupahami betul. Pernah hampir bersama, hanya dalam semalam semua mimpi itu malah berakhir. Entah mana takdir yang lebih baik untuk mereka. Namun nasib Jeng Yah, sungguh kasihan. Sedari awal sosoknya ditampilkan angkuh sebagai anak pertama dari keluarga pengusaha kretek, Idroes Moreia. Mana tahu ternyata masa depan yang digenggamnya justru jadi bumerang yang sangat kejam untuknya dan keluarganya. Berasal dari keluarga terpandang, Ia pun hidup disegani di masyarakat.
Dasiyah yang terlahir menjadi anak perempuan pada masa itu, memiliki mimpi besar untuk menjadi peracik saus untuk kretek usaha ayahnya. Berat, apalagi mitos yang dipercayai peraciknya kini bila perempuan yang masuk ke ruang racik akan buat rokok terasa asam. Datangnya Raja membuat harapan itu terkembang untuk Dasiyah. Raja berhasil meyakinkan Pak Idroes, ayahnya Jeng Yah, untuk mengizinkan anak perempuannya itu meracik kreteknya. Mimpi itu berhasil terwujud. Kretek dengan saus racikannya jadi paling laris dengan nama Kretek Gadis. Sayang, semua itu hanya sementara.
Petaka hadir dalam semalam. Politik Indonesia sedang tidak baik-baik saja kala itu. Semua yang dianggap mengkhianati negara harus ditangkap. Semua kacau balau dan semua musnah ketika Pak Idroes ditangkap karena ada di dalam daftar merah. Raja yang baru kembali ke rumah dari pasar, melihat semua berantakan. Merasa bingung dan takut siapa yang harus diselamatkan. Dirinya kah atau kekasih beserta keluarganya yang diseret. Raja pun lari berbalik, berniat kembali namun besok tak akan pernah sama lagi untuknya.
Hidup Dasiyah sangatlah miris. Bersama ayahnya yang tak bernafas, Ia diangkut dan diasingkan. Yah kehilangan ayah yang dihormatinya, kehilangan Raja yang dicintainya, kehilangan mimpi yang diharap seumur hidupnya, hanya dalam semalam, hanya karena kretek Merah yang dibawa Raja ke rumah.
Selepas semua yang terjadi, Raja dianggap munafik dan pengkhianat bagi keluarga Idroes. Padahal bila mampu dijelaskan, ia pun sebenarnya hanya menjalani hidup. Raja dan egonya. Manusiawi. Untuk berbagai kesempatan yang ia miliki, dirinya sebagai laki-laki dengan ambisinya yang besar. Ternyata mengalahkan cinta yang ia simpan dalam hatinya. Walau tetap saja pada akhirnya, penyesalan terhadap pilihan yang ia ambil terus menyeretnya bertahun. Atau malah sepanjang hidupnya. Namun setidaknya Raja sampai akhir, punya keluarga yang 'terjaga' dan 'utuh'.
Hidup itu memang pilihan. Namun apa memang sebenarnya pilihan Raja sudah yang paling benar dibanding pilihan yang lain? Jeng Yah dan anggota keluarganya yang kemudian tersisa ditakdirkan merana. Sungguh sebuah nasib yang penuh ironi. Ternyata realitanya, cinta pun terbatas. Tidak semua bisa dengan mudah mampu memperjuangkannya.
Aku lagi-lagi percaya pada fiksi yang kusaksikan. Sepertinya pernikahan dan mencintai adalah dua hal yang tidak bisa digapai bersama. Banyak tragedi yang telah kutahu dan kurasakan sendiri. Cintanya siapa, namun malah berpasangan dengan siapa. Realita kehidupan yang menyakitkan bahkan untuk sekedar dibayangkan.

