Humble Advise untuk Tanyaku

Banyaak sekali pengalaman berharga selama aku tinggal di Bandung. Tinggal di Bandung artinya akses terbuka menuju paradigma baru. Kita tinggal pilih mau kemana dan melihat apa. Pertemuan dengan orang-orang yang luar biasa hebat dan keren adalah hadiah untuk rasa ingin tahu itu. Sosok-sosok inspiratif itu benar nyata adanya. Bahkan bertatap muka tepat di depan mata. Salah satunya adalah pak Kadek dari BRIN. Ia mengambil S2 & S3nya di Chiba, Jepang dengan konsentrasi Desain Produk & Ergonomi. Seseorang yang aku temui tanpa sengaja saat sedang menemani kakak tingkatku mengambil data penelitiannya.


Aku ingin kembali dan menjadi dosen seperti apa yang aku cita-citakan dulu. Tapi, aku selalu takut dan tidak percaya diri terhadap mampuku. Aku takut salah memberikan informasi atau salah memandu orang lain. Mendengar pengalaman pak Kadek yang telah menjalani kehidupan akademis dan profesional, membuatku penasaran untuk menanyakan kegelisahanku tersebut. Dengan penuh kerendah hatian beliau menyarankan untuk mencoba untuk menuntut ilmu di negara orang.

Ia bilang Desain Produk di Indonesia sangat tertinggal dibandingkan negara lain. Ergonomi di Teknik Industri bahkan sudah beberapa langkah lebih maju dibandingkan Desain Produk. Walaupun cakupannya mirip, ergonomi di DP dan Industri berbeda. Sayangnya lagi, orang industri gagal percaya terhadap alumni desain produk karena kompetensinya yang tidak relevan dengan kebutuhan industri. Hal ini dikarenakan Desain Produk di Indonesia lebih banyak bergaul dengan seni, sehingga menyajikan lebih banyak estetika. Padahal fungsionalitas dan sustainability sama pentingnya untuk didahulukan pada ergonomi desain.

Beliau juga berkata, orang yang banyak membaca akan cenderung tidak mudah ngeyel jika diberi tahu. Sebaliknya, mereka yang tidak banyak membaca cenderung "sok tahu" akan semua hal. Sehingga bila ingin menjadi pengajar, kita tidak boleh merasa takut untuk tersaingi terhadap kehebatan siswanya. Justru harusnya pengajar mendorong siswa mereka agar bisa lebih hebat. Jadilah konsultan yang banyak membantu dan menjelaskan kepada mahasiswa. Mengapa hal tersebut sudah tepat atau keliru. Mengapa hal ini bagus dan mengapa yang ini kurang. Jangan suka menyalahkan tanpa memberi alasan. Biasakan untuk terbuka terhadap ilmu dan pikiran baru. Dosen boleh saja tidak tahu atau keliru, wajar bila kita salah, kita kan juga manusia. Yang tidak boleh itu adalah berbohong. 

Pertemuan dengan pak Kadek singkat, namun sungguh membekas dan berkesan terhadap upaya mengisi jawaban dari ruang kosong pertanyaan yang ada dalam pikirku. Aku sungguh sangat suka diajar dengan orang-orang yang bijaksana. Rendah hati dan mengayomi. Misalnya saja Pak Irfansyah, Bu Tita, Pak Dedi, Pak Didi, Bu Dina, Pak Banung, Pak Junaidi, Pak Royke. Mereka adalah dosen-dosen yang sangat berkesan untukku. Aku sangat mengapresiasi dosen yang bisa memberi koreksi terhadap mahasiswanya dengan sopan dan tepat. Aku ingin menjadi seseorang yang seperti itu. Tunjukan aku jalannya agar aku bisa menjadi seperti itu atau bahkan lebih baik, ya Allah. Aamiin.